Senja di Istana Maimun Menjadi Identitas Kota Medan
al-hudacreatives – Medan,- Matahari mulai condong ke barat saat sinarnya yang keemasan menari di antara pilar-pilar kuning emas Istana Maimun. Angin sore berembus lembut, menyapu daun bunga Kemboja yang berbisik di pelataran istana warisan Kesultanan Deli itu. Suasana hangat menyelimuti halaman istana, tempat di mana sejarah dan masa depan duduk berdampingan, membicarakan tentang jati diri sebuah kota.
Di bawah langit jingga, Datuk Afifuddin Ali Akbar, bergelar Datuk Panglima Perang Di Raja Metar Bilat Deli, berdiri sambil bercerita tentang sejarah Istana Maimun. Sorot matanya tajam, menatap Istana yang telah berdiri sejak ratusan tahun silam. Ia tak sekadar mengamati bangunan penuh sejarah itu, tetapi memikirkan bagaiman+a nilai-nilai budaya leluhur bisa tetap hidup di tengah modernitas Kota Medan.
“Medan ini tanah Melayu,” ujarnya membuka percakapan. “Corak, ornamen, dan warisan Kesultanan Deli adalah napas dari kota ini. Tapi hari ini, kita mulai kehilangan identitas itu, pelan tapi nyata.”
Datuk Afifuddin tak sekadar bernostalgia. Ia membawa sebuah gagasan besar, menjadikan ornamen dan corak khas Melayu sebagai identitas resmi visual Kota Medan. Menurutnya, ini bukan hanya tentang estetika, tapi tentang akar budaya yang mengikat masyarakat Medan dengan sejarah panjangnya.
kita ingin ada aturan. bukan sekedar himbauan. bagunan pemerintah, ruang publik, taman kota, semua harus punya sentuhan.
